Sabtu, 29 Desember 2012

KTI


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menempatkan kesehatan ibu dan anak sebagai perioritas utama, karena sangat mementukan kualitas sumber daya manusia mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya penurunan Angka Kematian Ibu, menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan bagi dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanan.  Ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih kontropersial dalam kebidanan. Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. Bila ketuban pecah dini  tidak mendapat penanganan yang baik dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi karena adanya infeksi, dimana selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu dan janinnya   (medem.com/medlb/article diakses 13 juni 2011).
Tingginya angka kematian ibu sangat bervariasi, dari beberapa sumber yang salah satunya menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 memperkirakan sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah kehamilan, persalinan dan nifas. Kejadian ini dapat berakibat 99% kematian ibu terjadi di Negara-Negara berkembang. (http://www.antara news.com diakses 7 juni 2011 )
Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2000 di negara berkembang masih menempati urutan tertinggi di banding di negara maju. Di Singapura  AKI mencapai 6 per 100 ribu kelahiran hidup, Malaysia 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per 100 ribu kelahiran hidup, dan filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup               ( http://www.majalah-farmacia.com diakses 7 juni 2011).
Di tingkat ASEAN, Indonesia merupakan negara tertinggi angka kematian ibu dan perinatal. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup . Angka Kematian Ibu dan Perinatal yang tinggi sebagian besar akibat pertolongan dukun di seluruh indonesia. Kematian ibu dan perinatal mempunyai peluang yang sangat besar untuk di hindari sehingga bidan pelayanan masih memerlukan perhatian yang lebih serius (http://syair79.wordpress.com diakses 7 juni  2011).
Data yang didapatkan dari profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) berkisar 116 orang yang disebabkan oleh perdarahan 55 orang (47,41%), hipertensi dalam kehamilan 25 orang (21,55%), infeksi 2 orang (1,72%), abortus 3 orang (2,58%), dan penyebab lainnya 31 orang ( 26,72% ). Angka kematian bayi (AKB) mencapai 678 orang, yang disebabkan oleh BBLR 208 orang (30,68%), Asfeksia 234 orang (34,51%), Tetanus 4 orang (0,59%), Infeksi 22 orang (3,24%) dan lain-lain 210 orang (30,97%).  (profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan 2011).
Dari bagian pencatatan dan pelaporan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji  Makassar dari periode Januari -   Desember 2011 dari 1220 ibu bersalin terdapat 31 ( 2,54%) yang terdiagnosis ketuban pecah dini. Hal ini membuktikan bahwa tingginya kejadian ketuban pecah dini merupakan masalah yang memerlukan penanganan untuk menjadi proiritas utama di Rumah sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar .
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial diantaranya serviks inkompeten, ketegangan rahim yang berlebihan, kehamilan ganda, hidraamnion, fisiologi selaput yang abnormal dan factor predisposisi yang dianggap berperan adalah paritas, umur ibu, jarak kehamilan, dan status gizi.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam jangka pendek untuk menekan kematian ibu melalui Program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan visi semua perempuan di indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat dengan target tahun 2010 menurunkan angka kematian ibu 125 per 100.000 kelahiran hidup (http://bidanlia.blogspot.com diakses tanggal 22 juni 2011 )
Berdasarkan dengan tingginya kejadian ketuban pecah dini maka penulis terdorong untuk memaparkan permasalahan yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah melaui penelitian tentang ketuban pecah dini khususnya pada faktor umur ibu dan paritas.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.  Bagaimana gambaran karakteristik ketuban pecah dini berdasarkan paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Laubuang Baji Makassar Periode Januari s.d. Desember 2011 ?
2.  Bagaimana gambaran karakteristik ketuban pecah dini berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Daerah Laubuang Baji Makassar Periode Januari s.d. Desember 2011  ?

C.     Tujuan Peneltian
1.      Tujuan Umum
       Untuk mengetahui gambaran karakterstik ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umun Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011.
2.    Tujuan Khusus
a)      Untuk mengetahui karakterstik ketuban pecah dini berdasarkan paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011.
b)      Untuk mengetahui karakteristk ketuban pecah dini berdasarkan umur ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011.
D.   Manfaat Peneltian
1.    Manfaat Praktis
Melengkapi informasi bagi pihak pengambil kebijakan dalam menyusun dan merencanakan berbagai program tindakan yang lebih berdaya guna dalam upaya menangani ketuban pecah dini.
2.    Manfaat Ilmiah
Merupakan informasi dalam mengembangkan wawasan cakrawala berfikir bagi peneliti lain yang berkaitan dengan ketuban pecah dini.
3.    Manfaat Institusi
Sebagai pedoman / acuan bagi institusi pendidikan untuk penulisan karya tulis ilmiah berikutnya.
4.    Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan untuk menambah wawasan dan memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak terutama berkaitan dengan ketuban pecah dini.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan Umum Tentang Persalinan
1.    Pengertian
a.    Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
b.    Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. (Varney, 2008)
c.    Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Sujiyatini, 2010)
2.    Sebab-sebab Terjadinya Persalinan
Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori kemungkinan terjadinya proses persalinan, yaitu :
a.    Teori Kadar Progesteron
Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh oksitosin.
b.    Teori Oksitosin
Menjelang kelahira oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk merangsag persalinan.
c.    Teori Regangan Otot Rahim
Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.
d.    Teori Prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian protaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung.
3.    Jenis-jenis Persalinan
a.    Persalinan spontan
Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.
b.    Persalinan buatan
Persalinan buatan adalah bila persalinan denga bantuan tenaga luar.
c.    Persalinan anjuran
Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. (Manuaba, 1999)
4.    Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
a.    Kekuatan mendorong janin keluar (Power)
1.    Kekuatan his dan mengejan
2.    Kontraksi otot-otot rahim
b.    Faktor janin (passage).
c.    Faktor jalan lahir (passenger).
5.    Tahap-tahap Persalinan
a.    Kala I atau kala pembukaan
Dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap. Pada kala I dibagi dalam 2 fase :
1.    Fase laten
Dimalai sejak awal kontraksi sampai dengan pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu  8 jam.
2.    Fase aktif
Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10 cm, membutuhkan waktu 6 jam.
b.    Kala II atau kala pengeluaran
Dari pembukaan lengkap sampai lhirnya bayi. Proses ini bisanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c.    Kala III atau kala uri
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d.    Kala IV atau kala pengawasan
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. (Sujiyatini, 2010)
B.   Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini
1.    Pengertian Ketuban Pecah Dini
a.    Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi in partu. (manuaba, 2008 ).
b.    Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). ( Taufan Nugroho, 2010)
c.    Ketuban  dini adalah kelurnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu  ( sarwono prawirohardjo, 2008)
d.    Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah apada kehamilan yaang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti dengan terjadinya persalinan. (Chrisdiono, 2004)
2.    Etiologi Ketuban Pecah Dini
               Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dengan pasti kemungkinan yang menjadi faktor  predisposisi adalah
a.  Serviks inkompeten ( leher rahim yang lemah )
b.  Melemahnya selaput ketuban
c.    Melemahnya kekuatan regang selaput ketuban
d.    Air ketuban yang banyak (polihidraamnion)
e.    Hamil kembar (gamelli)
f.     Infeksi : saluran kencing dan vagina
                        Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini :
a.    Faktor golongan darah
b.    Faktor multi graviditas
c.    Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c)
d.    Faktor disproporsi antar kepala dan tulang panggul
3.  Tanda dan Gejala
               Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan yang merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai kelahiran. Adanya demam, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda- tanda infeksi terjadi. ( Taufan Nugroho, 2010)
4.  Patofisiologi Ketuban Pecah Dini  (Manuaba, 2008)                                        
                        Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah :
a.    Terjadinya pembukaan premature serviks
b.    Membran terkait dengan pembukaan terjadi :
1)    Devaskularisasi
2)   Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c.    Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
d.    Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase.
5.    Penilaian Klinik Ketuban Pecah Dini (Rustam Mochtar, 1998)
a.    Memeriksa adanya cairab yang berisi mekoneum, verniks kaseosa, rambur lanugo, atau bila telah terinfeksi berbau.
b.    Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan apakah ada bagia yang sudah pecah.
c.    Penentuan cairan ketuban dapat dipastikan dengan cara :
1)    Tes lakmus merah berubah menjadi biru
2)    Tes pakis, dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis
6.    Komplikasi Ketuban Pecah Dini
a.    Ibu : infeksi, sepsis dan kematian
b.    Janin : bayi lahir premature, infeksi janin, deformitas skeletal, dan kematian janin.
7.    Penanganan Ketuban Pecah Dini  (saifuddin, 2002)
a.    Konservatif
1)    Rawat di rumah sakit
2)   Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, berbau,leukosit >15.000),berikan antibiotika  (ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB I.V.setiap 24 jam)
3)   Jika tidak ada infeksi dan umur kehamilan   < 37minggu :
a)    Berikan antibiotik untuk mengurangi morbiditas ibu (ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg peroral 3 kali perhari selama 7 hari)
b)    Berikan betametason 6 mg I.M setiap 12 jam sebanyak 2 kali atau deksametason 6 mg I.M setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b.    Aktif
1)   Jika pada umur kehamilan >37 minggu ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi (ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam)
2)   Nilai serviks
a)    Jika serviks sudah matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
b)    Jika belum matang,matangkan serviks dengan prostaglandin atau misoprostol 50mg intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.
C.      Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti
1.    Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Manuaba, 2008)
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. (Sarmono, 2008)
2.    Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat janin mencapai lebih dari 1000 gram. Paritas 2 – 3 merupakan jumlah paling aman ditinjau dari sudut kesehatan. Sedangkan paritas yang tinggi dapat dicegah dengan keluarga berencana dengan dua anak cukup dan mempunyai lebih dari tiga termasuk paritas tinggi dan maksimal dua anak digolongkan dengan paritas rendah. ( Manuaba IBG, 1998, hal 582 ).
3.    Umur Ibu
Umur adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. (wikipedia diakses 20 juni 2011).
Usia reproduktif yang normal terjadi pada umur 25 – 35 tahun, jika seorang wanita hamil < 20 tahun, kondisi ini dianggap sebagai kehamillan remaja dan terkait dengan buruknya hasil akhir perinatal, ketergantungan ibu dalam hal kesejahteraan seperti tidak memperhatikan gizi makanan, keengganan untuk memeriksakan kehamilannya, menyebabkan ibu kekurangan nutrisi  terutama vitamin C yang akan mempengaruhi pembentukan selpaut ketuban menjadi abnormal sehingga ketuban mudah pecah sebelum waktunya.
Pada usia > 35 tahun merupakan gerbang memasuki periode resiko tinggi dari segi reproduksi untuk menjalankan fungsinya. Keadaan ini juga mempengaruhi pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.










BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A.   Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini pada ibu mempunyai dimensi multifaktorial diantaranya serviks inkompeten, ketegangan rahim yang berlebihan, kehamilan ganda (gamelli), hidraamnion, fisiologi selaput ketuban yang abnormal dan faktor predisposisi yang dianggap berperan adalah paritas, umur ibu, jarak kehamilan dan status gizi. Sesuai dengan tujuan penelitian yang membatasi pada faktor paritas dan umur ibu pada ketuban pecah dini untuk mempermudah pemahaman dan melihat ketekaitan faktor tersebut, berikut ini diuraikan sebagai berikut :
1.      Paritas
Indeks kehamilan resiko tinggi adalah paritas >3. Multipara merupakan salah satu faktor predisposisi pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya karena kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi embriogenesis sehingga selaput ketuban pecah sebelum waktunya.
2.      Umur ibu
Usia reproduksi yang normal pada umur 20 – 35 tahun, karena pada usia tersebut organ reproduksi sudah berfungsi secara optimal. Jika seorang wanita hamil pada umur < 20 tahun, dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Sedangkan pada usia > 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.

A.   Bagan Kerangka Konsep
Bagan kerangka konsep penelitian
Paritas
                       

Keterangan :


           = variabel yang ditelit
                                   = variabel independen
= variabel dependen
Ketuban Pecah Dini
Umur Ibu
 









B.   Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1.      Ketuban Pecah Dini
a.     Definisi Operasional
Ketuban pecah dini adalah peristiwa pecahnya selaput ketuban sebelum permulaan persalinan tanpa memandang umur kehamilan preterm atau aterm yang dialami oleh ibu yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Januari – Desember 2011.
b.     Kriteria Objektif
1)     Ya     :    jika selaput ketuban pecah sebelum permulaan  persalinan tanpa  memandang kehamilan preterm atau aterm.
2)     Tidak: jika selaput ketuban pecah setelah Permulaan persalinan.                                
2.      Paritas
a.     Definisi Operasional
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan.
b.     Kriteria Objektif
1)    Risiko rendah         : jika paritas ibu 1 – 3 orang
2)    Risiko tinggi                        : jika paritas ibu > 3 orang
3.      Umur
a.    Definisi Operasional
Umur adalah usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.
b.    Kriteria Objektif
1)       Risiko rendah untuk ibu umur 20 – 35 tahun
2)       Risiko tinggi untuk umur ibu < 20 dan > 35 tahun













BAB IV
METODE PENELITIAN
A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif bermaksud melihat gambaran karakteristik ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011 dimana faktor-faktor yang mempengaruhi variabel independen dan variabel dependen.
B.    Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dalam hal pengambilan data dilaksanakan selama bulan juni 2012.
C.    Lokasi Penelitian
Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.
D.    Populasi Dan Sampel
1.    Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari - Desember 2011  sebanyak 1220 persalinan.
2.    Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua persalinan dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari – Desember 2011 sebanyak 31 orang.
3.    Tehnik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling yaitu semua ibu yang mengalami ketuban pecah dini yang tercatat dalam buku register persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari – Desember 2011. (Kamaruddin, 2010, hal 97-98).
E.     Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data sekunder dengan mengambil pada buku register persalinan di Rumah Umum Daerah Labuang Baji  Makassar periode Januari – Desember 2011. Instrumen penelitian menggunakan format checklist.
F.     Pengelolahan dan Penyajian Data
Data yang telah terkumpul diolah secara manual menggunakan kalkulator untuk kembali disajikan dalam tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan penjelasan tabel.
G.    Analisis Data
Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian deskriptif maka analisa data yang dapat dilakukan menggunakan formulasi untuk distribusi frekuensi atau presentase yang secara matematika  dapat ditulis dengan :

P =   x 100 %
                                   


Keterangan :                                             
P = Presentasi yang dicari
F = Frekuensi (Jumlah Pengamatan)
N = Jumlah Sampel

 

















BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar selama bulan Juni 2011, didapatkan dari 1220 jumlah persalinan dan terdapat 31 (2,54%) orang ibu yang mengalami ketuban pecah dini, kemudian dibagi menurut karakteristik dan dianalisis secara deskriptif, selanjutnya dimasukkan ke dalam table distribusi frekuensi sebagai berikut :
1.      Karakteristik Ketuban Pecah Dini
Table 3
Karakteristik Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar 2011

persalinan
Frekuensi
%
Ketuban pecah dini
Bukan ketuban pecah dini
31
1189
2,54
97,46
jumlah
1220
100

               Sumber : data sekunder dari rekam medik

Data dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 1220 jumlah persalinan terdapat  31 orang (2,54%) mengalami ketuban pecah dini dan 1189 (97,46%) persalinan bukan dengan ketuban pecah dini.
2.      Karakteristik Paritas
Tabel 4
Karakteristik Paritas Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
 tahun 2011

Paritas
Ketuban Pecah Dini
Frekuensi
%
Resiko rendah (1-3 orang)
Resiko tinggi (>3 orang)
26
5
83,87
16,13
Jumlah
31
100
               Sumber : data sekunder dari rekam medik
Data dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 31 jumlah ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada usia resiko rendah yaitu 26 orang (83,87%) dan resiko tinggi 5 orang (16,13%).



3.      Karakteristik Umur Ibu
Tabel 5
Karakteristik Umur Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
2011
Umur Ibu
Ketuban Pecah Dini
Frekuensi
%
Resiko rendah (20-35 tahun)
Resiko tinggi (<20 dan >35 tahun)
29
2
93,55
6,45
Jumlah


31
100





                  Sumber : data sekunder dari rekam medik
Data dari dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 31 jumlah persalinan  ketuban pecah dini lebih banyak terjadi pada umur dengan resiko rendah yaitu 29 orang (93,55%) dan umur denganresiko tinggi hanya 2 orang (6,45%).





B.   Pembahasan
Hasil penelitian yang dilaksanakan Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar didapatkan dari 1220 jumlah persalinan 31 orang (2,54%) mengalami ketuban pecah dini dan 1189 (97,46%) persalinan bukan dengan ketuban pecah dini, untuk lebih jelasnya maka secara terperinci hasil penelitian tersebut dapat di bahas berdasarkan variabel – variabel penelitian :
1.      Paritas
Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar 31 sampel yang diteliti ditemukan kejadian ketuban pecah dini paling banyak pada ibu yang melahirkan dengan paritas 1 – 3 yaitu sebanyak 26 orang (83,87%) dan paritas >3 sebanyak 5 orang (16,13%). Hal ini menunjukkan bahwa pada paritas 1 – 3 ini cukup rawan terhadap kejadian ketuban pecah dini, hal ini tidak sesuai dengan teori  yang menyatakan bahwa paritas  1 – 3 merupakan paritas yang aman untuk kejadian ketuban pecah dini.
Dengan banyaknya ibu – ibu yang hamil dan melahirkan pada usia 20 – 35 tahun dan paritas 1 – 3, ini membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai kesadaran dan pengetahuan yang tinggi tentang usia reproduksi yang aman untuk hamil dan melahirkan. Walaupun pada realita yang ada bahwa pada usia 20 – 35 tahun dan paritas 1 – 3 memungkinkan ketuban pecah dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa selaput ketuban berasal dari lapisan ektoderm dan trofoblast yang terbentuk pada saat embryogenesis, kehamilan yang terlalu sering akan mempengaruhi proses embryogenesis tersebut sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan lebih mudah pecah sebelum waktunya.
Meskipun demikian peneliti tidak bisa  menyatakan bahwa umur ibu dan paritas bukan merupakan faktor resiko dari kejadian ketuban pecah dini, karena di sadari kelemahan data sekunder. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini bukan hanya di pengaruhi oleh faktor umur ibu dan paritas tetapi multifaktor.
2.      Umur Ibu
Secara keseluruhan dari 1220 ibu yang melahirkan Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar periode Januari – Desember 2011, ternyata yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur ibu <20 dan >35 tahun sebanyak 2 orang (6,46%) dan dengan umur ibu 20 – 35 tahun sebanyak 29 orang (93,55%).
Sesuai teori bahwa umur ibu <20 tahun, organ reproduksi belum berfungsi secara optimal yang akan mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Ibu yang hamil pada umur >35 tahun juga merupakan faktor predisposisiterjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan kemampuan organ – organ reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya.
Dalam kurun reprodusi sehat, usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 35 tahun. Dari data diatas diperoleh kejadian ketuban pecah dini, secara reproduktif bahwa dalam umur 20 – 35 tahun dianggap kecil kemungkinan untuk terjadi komplikasi dalam kehamilan termasuk ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori tersebut apabila umur dipandang sebagai faktor tunggal, namun perlu dipahami bahwa selain umur masih terdapat beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan terjadinya ketuban pecah dini.






BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Dari hasil penelitian Gambaran Karakteristik Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2011, setelah diolah dan dibahas maka penulis menarik kesimpulan:
1.      Frekuensi ketuban pecah dini pada paritas 1 – 3 lebih tinggi dibandingkan pada paritas >3
2.      Frekuensi ketuban pecah dini pada umur ibu 20 – 35 tahun lebih tinggi dibandingkan pada umur ibu < 20 dan >35 tahun.
B.   Saran
1.    Untuk Klien
Dari 1220 persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2011 ditemukan 31 orang dengan ketuban pecah dini sehingga klien diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ANC secara teratur sehingga jika terjadi komplikasi dapat terdeteksi secara dini untssuk menurunkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun janinnya.


2.    Bagi Bidan
a.    Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelaayanan kepada masyarakat dengan banyak membaca buku serta mengikuti pelatihan – pelatihan dan seminar – seminar dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
b.    Untuk dapat menegakkan diagnosa secara dini tentang hal-hal yang dialami oleh pasien dan memberikan penanganan yang sesuai sehingga tidak menimbulkan komplikasi baik pada ibu dan janinnya.
3.    Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan metode pembelajaran sehingga alumni lebih kompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
4.    Untuk Penelitian selanjutnya
Diharapkan untuk melanjutkan penelitian ini dengan metode yang berbeda untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.